Minggu, 23 November 2008

foto Kharisma


Ini gambar anak ku dan tante dewi,

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Hiperemesis Gravidarum

Adalah suatu keadaan pada masa kehamilan dimana terjadi mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan, serta terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit. Terjadi pada 1-2% ibu yang pada masa kehamilannya mengalami morning sickness. Umumnya gangguan mual muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke-20 kehamilan, yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Hyperemesis gravidarum tidak dapat dicegah namun ibu hamil dapat menjadi lebih nyaman jika mengetahui cara manajemen perawatan hyperemesis gravidarum tersebut.

Walaupun ada dugaan bahwa mual muntah yang berlebihan dapat memperbesar risiko terjadinya keguguran, namun kondisi tersebut sebenarnya lebih membahayakan si ibu. Ibu hamil bisa mengalami dehidrasi yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik. Dehidrasi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan organ hati dan ginjal. Biasanya dokter akan memberikan suntikan serta obat-obatan antimual untuk mengatasinya.

Penyebabnya...
Hyperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas faktor yang menjadi penyebab pastinya. Namun perubahan hormonal diduga memiliki kaitan dengan kejadian ini. Hypermemesis gravidarum lebih sering dialami oleh ibu dengan kehamilan multipel (kembar dua atau lebih) dan seorang wanita yang mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya mempunyai kemungkinan mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan berikutnya.

Gejala-gejala yang dialami...
Pada setiap ibu hamil gejalanya tidak selalu sama, tapi yang paling sering dirasakan seperti :
· Mual dan muntah berat terutama pada trimester pertama kehamilan
· Muntah setelah makan atau minum
· Kehilangan berat badan >5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, (rata-rata kehilanagn BB 10%)
· Dehidrasi
· Penurunan jumlah urine
· Sakit kepala
· Bingung
· Pingsan
· Jaundise
Pada keadaan yang parah perlu perawatan khusus karena hiperemesis gravidarum ini akan menyebabkan perubahan bahkan ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit, defisiensi nutrisi, gangguan liver dan jaundise (warna kuning pada kulit, mata dan membran mukosa). Dan kehilangan berat badan ibu hamil yang berlebih dan kekurangan nutrisi berefek pada pertumbuhan janin.


Penatalaksanaan ...
Tujuan dari penatalaksaan ini diantaranya adalah :
· Menurunkan rasa mual dan muntah
· Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
· Memenuhi kebutuhan nutrisi dan mengatasi kehilangan BB ibu hamil
Cara yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala-gejala saat dirumah adalah :
Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau porsi besar hanya akan membuat anda bertambah mual. Berusahalah makan sewaktu anda dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering.
Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk membantu mengatasi rasa mual anda. Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biscuit
Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun. Bila anda merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snak atau biscuit didekat tempat tidur anda, dan anda dapat memakannya dahulu sebelum anda mencoba untuk berdiri.
Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual anda.
Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan karbonat.
Vitamin kehamilan kadang memperburuk rasa mual, tapi anda tetap memerlukan folat untuk kehamilan anda ini. Bila mual muntah sangat hebat, konsultasikan ke dokter anda sehingga dapat diberikan saran terbaik untuk vitamin yang akan anda konsumsi. Dan dokter anda mungkin akan memberikan obat untuk mual bila memang diperlukan.

Vitamin B 6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil. Sebaiknya Konsultasikan dahulu dengan dokter anda untuk pemakaiannya.
Pengobatan Tradisional : Biasanya orang menggunakan jahe dalam mengurangi rasa mual pada berbagai pengobatan tradisional. Penelitian di Australia menyatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi rasa mual dan aman untuk ibu dan bayi. Pada beberapa wanita hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau permen jahe untuk menbantu mengatasi rasa mualnya.
Istirahat dan relax akan sangat membantu anda mengatasi rasa mual muntah. Karena bila anda stress hanya akan memperburuk rasa mual anda.
Perawatan yang biasa dilakukan di Rumah Sakit antara lain :
· Pemberian cairan intra vena : untuk memberikan hidrasi, elektrolit, vitamin dan nutrisi
· Percutaneus endoscopic gastrotomy : memberikan nutrisi
· Medikasi : Metoclopramide, Antihistamin, dan anti reflux medication.

Hyperemesis gravidarum merupakan suatu keadaan yang dikarakteristikkan dengan rasa mual yang berlebihan, muntah, kehilangan berat badan, dan gangguan keseimbangan elektrolit. Sebagian besar ibu hamil (70-80%) mengalami morning sickness dan sebanyak 1-2% dari semua ibu hamil mengalami morning sickness yang ekstrim yang disebut hyperemesis gravidarum. Hyperemesis gravidarum tidak dapat dicegah namun ibu hamil dapat menjadi lebih nyaman jika mengetahui cara manajemen perawatan hyperemesis gravidarum tersebut.


Kasus hyperemesis gravidarum ringan dapat diatasi dengan perubahan diet, istirahat dan pemberian antasida. Keadaan yang lebih parah hampir selalu memerlukan perawatan di Rumah Sakit untuk penggantian cairan tubuh yang hilang akibat muntah, dan mendapatkan nutrisi melalui iv line.


Penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui. Keadaan tersebut mungkin berhubungan dengan perubahan hormonal akibat kehamilan. Hypermemesis gravidarum lebih sering dialami oleh ibu dengan kehamilan multipel (kembar dua atau lebih) dan seorang wanita yang mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya mempunyai kemungkinan mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan berikutnya.


Gejala hyperemesis yang dialami berbeda diantara ibu hamil. Namun gejala umum hyperemesis gravidarum antara lain :
Mual dan muntah berat terutama pada trimester pertama kehamilan
Muntah setelah makan atau minum
Kehilangan berat badan >5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, (rata-rata kehilanagn BB 10%)
Dehidrasi
Penurunan jumlah urine
Sakit kepala
Bingung
Pingsan
Jaundise
Hypermesis gravidarum harus mendapatkan perhatian khusus dalam manajemen pengelolaannya karena hyperemesis dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, defisiensi nutrisi, gangguan liver dan jaundise (warna kuning pada kulit, mata dan membran mukosa) yang dapat terjadi pada hyperemesis gravidarum yang parah. Kehilangan berat badan ibu hamil yang berlebih dan kekurangan nutrisi berefek pada pertumbuhan janin.


Perbedaan Morning Sickness dan Hyperemesis Gravidarum

Morning Sickness
Mual kadang disertai muntah
Mual berkurang pada 12 mgg kehamilan
Muntah tidak menyebabkan dehidrasi
Masih toleran terhadap makanan tertentu

Hyperemesis Gravidarum
Mual berat disertai muntah
Mual tidak berkurang setelah 12 mgg kehamilan
Muntah menyebabkan dehidrasi berat
Tidak toleran terhadap makanan

Treatment Hyperemesis Gravidarum

Tujuan Treatment :
Menurunkan rasa mual dan muntah
Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan mengatasi kehilangan BB ibu hamil

Hospitalisasi diperlukan untuk mengatasi hyperemesis gravidarum yang parah.
Semua makanan dan minuman dihentikan sementara untuk mengistirahatkan GI track.

Tindakan perawatan di Rumah Sakit antara lain :
Pemberian cairan intra vena : untuk memberikan hidrasi, elektrolit, vitamin dan nutrisi
Percutaneus endoscopic gastrotomy : memberikan nutrisi
Medikasi : Metoclopramide, Antihistamin, dan anti reflux medication.

Tindakan perawatan pada Hyperemesis gravidarum :
Bed rest : membuat ibu hamil lebih nyaman, namun harus berhati-hati karena istirahat terlalu banyak menyebabkan kehilangan berat badan.
Akupresur : menekanan pada titik anti mual dan muntah yang terletak pada 3 jari diatas pergelangan diantara dua tendon. Lakukan penekanan secara lembut selama 3 menit untuk masing-masing tangan.
Hypnosis.
Herbal : jahe dan peppermint


Beberapa gejala gangguan kehamilan yang dapat terjadi pada ibu hamil, antara lain:

Perdarahan
Walaupun pendarahan yang terjadi hanya sedikit, dapat berakibat buruk pada ibu. Pendarahan dapat mengakibatkan keguguran, plasenta praevia, placenta abruption, serta melahirkan prematur.

Sakit pada bagian perut
Rasa sakit yang diderita ibu memungkinkan terjadinya kehamilan terjadi di luar rahim, keguguran, placenta abruption, kontraksi, melahirkan premature.

Bagian perut mengencang dalam waktu yang cukup lama, kejang, sebentar-sebentar mengalami kontraksi.
Gejala ini menimbulkan kemungkinan ibu melahirkan bayi prematur.

Bagian perut terasa keras, sakit, dengan atau tanpa pendarahan di vagina.
Gejala ini menimbulkan keadaan placenta abruption.

Vagina mengeluarkan cairan
Jika Anda mengalami gejala seperti ini, gangguan yang mungkin saja terjadi adalah selaput pecah.

Bagian tangan, kaki atau wajah membengkak secara mendadak
Pembengkakan yang tiba-tiba terjadi ini, dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yang dapat mempengaruhi kehamilan atau pre-eclampsia.

Sakit kepala yang hebat dan berkepanjangan
Jika ibu mengalami sakit kepala yang amat sangat dan berkepanjangan, gangguan yang mungkin saja terjadi adalah hipertensi.

Gangguan penglihatan
Jika ibu mengalami gangguan pengelihatan, seperti melihat dengan remang-remang, kelap-kelip, atau buta pada titik tertentu, gangguan yang mungkin terjadi adalah hipertensi.

Sakit kepala ringan hingga berat, dan terjadi secara berkepanjangan
Jika mengalami gangguan sakit kepala ringan, hingga berat dalam jangka waktu yang berkepanjangan, gangguan yang mungkin terjadi adalah hipertensi.

Terjadi perubahan yang nyata pada kegiatan janin
Gejala yang demikian dapat disebabkan karena kesulitan yang dialami janin, akibat ditentukan oleh penghitungan gerakan janin.

Mengalami rasa sakit pada bagian kaki
Jika ibu mengalami gejala menderita sakit pada bagian kakinya, ketika berdiri atau berjalan, dan kemudian menjadi merah, mungkin disebabkan sebagai akibat trombosis urat darah halus (peradangan dan penggumpalan darah pada pembuluh darah).

Mengalami sakit yang amat sangat pada daerah sekitar pangkal paha
Jika ibu mengalami sakit parah pada daerah sekitar pangkal paha, ditandai dengan melemahnya gerakan-gerakan kaki, dapat disebabkan karena adanya ketegangan atau pemisahan sendi pertautan tulang kemaluan (pubic symphysis joint).

Merasa sakit atau panas ketika buang air kecil
Rasa sakit atau panas saat buang air kecil dapat terjadi karena infeksi saluran air seni, atau bisa juga adanya penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.

Iritasi pada vagina, rasa sakit atau gatal-gatal pada alat kelamin
Vagina terasa gatal dan sakit, terjadi akibat adanya infeksi pada vagina.

Mengalami demam (suhu di atas 380 derajat)
Dengan demam, tubuh memberi signal mengalami gangguan infeksi.

Mual dan muntah
Infeksi dapat menyebabkan ibu merasa mual, dan mengalami muntah dalam keadaan yang cukup lama. Atau dapat juga mengalami muntah-muntah yang berlebihan selama tiga bulan pertama kehamilan (hyperemesis gravidarum). (info-sehat)

HIPEREMESIS GRAVIDARUM


Pengertian
__________

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis, pielititis, dan sebagainya.(1)

Etiologi
________

Tidak jelas.(2)

Klasifikasi(2,3,4)
___________

Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :

1. Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan,
lendir dan sedikit empedu kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir
keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah
sistole menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin
masih normal.
2. Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan darah sistole
kurang 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton
ada, bilirubin ada dan berat-badan cepat menurun.
3. Tingkat III
Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada, dan proteinuria.

Diagnosis(2,4)
_________

1. Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum akan
dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus hebat.
2. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
3. Fisis : dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan
menurun, porsio lunak pada vaginal touche, uterus besar sesuai besarnya
kehamilan.
4. Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,
benda keton dan proteinuria.

Penatalaksanaan(2,3)
________________

1. Rawat di rumah sakit, batasi pengunjung.
2. Stop per oral 24-48 jam.
3. Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit.
4. Obat
- Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hr/infus.
- Vitamin B12 200 mcg/hr/infus, vit. C 200/hr/infus.
- Phenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau chlorpromazine 25-50 mg/hr IM
atau diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM.
- Antiemetik : prometazine (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau
prochlorperazine (stimetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3
kali 1 per hari per oral.
- Antasida : acidrine 3 x 1 tab per hari per oral atau mylanta 3 x 1 tab per hari
per oral atau magnam 3 x 1 tab per hari per oral.
5. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam zat-zat gizi
kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat
gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

Daftar Pustaka
______________

1.
Fairwether. Nausea and Vomity in Pregnancy, Am J Obst. & gynec. 1968. vol. 102;
135-171.
2. Mannor SM. Hyperemesis Gravidarum. In : Iffty L, Kaminetzky HA eds.
Principles
and Practise of Obstetric and Perinatology. Vol. 12. Toronto : A Wiley Medical
Publication. 1981. 1155-1164.
3. Greenhill. Obstetrics 12 th. ed. Philadelphia : WB. Saunders Company. 1961. 375-
377.
4. Belscher NA, Macky. Obstetric and the Newborn and Illustrated Textbook 2nd. ed.
Sydney : WB. Saunders Company 1986. 305.

Update : 15 Februari 2006

Sumber :

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.

PRE EKLAMPSIA RINGAN

Pre eklampsia ringan adalah sindrom spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endothel.

Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan :
1. Desakan darah 140/90 - 160/110 mmHg; kenaikan darah sistolik 30 mmHg atau
lebih dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg atau lebih, tidak dimasukkan
dalam kriteria diagnostik pre eklampsia tetapi perlu observasi yang cermat.
2. Proteinuria 300 mg/24 jam atau lebih jumlah urin atau dipstick +1 atau lebih.
3. Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali
anasarka.

Pengelolaan pre eklampsia ringan dapat secara :
1. Rawat jalan (ambulatoir)
2. Rawat inap (hospitalisasi)

Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir) :
1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di
Indonesia tirah baring masih diperlukan.
2. Diet reguler : tidak perlu diet khusus.
3. Vitamin pre natal.
4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam.
5. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum.
6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu.

Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi) :
1. Indikasi pre eklampsia ringan yang dirawat inap (hospitalisasi)
a. Hipertensi yang menetap selama lebih 2 minggu.
b. Proteinuria yang menetap selama lebih 2 minggu.
c. Hasil tes laboratorium yang abnormal.
d. Adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat.
2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
a. Pengukuran desakan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur.
b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen.
c. Penimbangan berat badan pada saat ibu masuk rumah sakit dan
penimbangan dilakukan tiap hari.
d. Pengamatan dengan cermat gejala pre eklampsia dengan impending
eklampsia :
- Nyeri kepala frontal atau occipital.
- Gangguan visus
- Nyeri kuadran kanan atas perut
- Nyeri epigastrium
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Proteinuria dipstick pada waktu masuk dan minimal diikuti 2 hari setelahnya.
b. Hematokrit dan trombosit 2 kali seminggu.
c. Tes fungsi hepar 2 kali seminggu.
d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat dan BUN.
e. Pengukuran produksi urin setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap).
4. Pemeriksaan kesejahteraan janin
a. Pengamatan gerakan janin setiap hari
b. NST 2 kali seminggu
c. Profil biofisik janin, bila NST non reaktif.
d. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG setiap 3-4 minggu.
e. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina.

Terapi medikamentosa :
1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar.
2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda pre eklampsia dan umur
kehamilan 37 minggu atau lebih, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari
lalu boleh dipulangkan.

Pengelolaan obstetrik

Tergantung umur kehamilan :
a. Bila penderita tidak inpartu
- Umur kehamilan kurang 37 minggu
Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai
aterm.
- Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus.
2. Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat dipertimbangkan
dilakukan induksi persalinan.
b. Bila penderita sudah inpartu
Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan grafik Friedman atau partograf WHO.

Selama dirawat di rumah sakit dilakukan konsultasi pada :
1. Bagian penyakit mata
2. Bagian penyakit jantung
3. Bagian lain atas indikasi.

Update : 23 Februari 2006

Sumber :

Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005.

SINDROMA HELLP

Sindroma HELLP adalah pre eklampsia dan eklampsia yang disertai dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopenia. (H = Hemolisis; EL = Elevated Liver Enzim; LP = Low Platelets Count)

Diagnosis sindroma HELLP :
1. Tanda dan gejala yang tidak khas : mual, muntah, nyeri kepala, malaise,
kelemahan. (Semuanya mirip tanda dan gejala infeksi virus).
2. Tanda dan gejala pre eklampsia : hipertensi, proteinuria, nyeri epigastrium,
edema, dan kenaikan asam urat.
3. Tanda-tanda hemolisis intravaskuler :
a. Kenaikan LDH, AST dan bilirubin indirek.
b. Penurunan haptoglobin.
c. Apusan darah tepi : fragmentasi eritrosit.
d. Peningkatan urobilinogen dalam urine.
4. Tanda kerusakan / disfungsi sel hepatosit : Kenaikan ALT, AST, LDH.
5. Trombositopenia : Trombosit 150.000/ml atau kurang.

Semua wanita hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen tanpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala pre eklampsia harus dipertimbangkan sindroma HELLP.

Klasifikasi sindroma HELLP :
1. Klasifikasi Missisippi
Kelas I : Trombosit 50.000/ml atau kurang; serum LDH 600.000 IU/l atau lebih;
AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.
Kelas II : Trombosit lebih 50.000 sampai 100.000/ml; serum LDH 600.000 IU/l
atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.
Kelas III : Trombosit lebih 100.000 sampai 150.000/ml; serum LDH 600.000 IU/l
atau lebih; AST dan/atau ALT 40 IU/l atau lebih.
2. Klasifikasi Tennesse
Kelas lengkap : Trombosit kurang 100.000/ml; LDH 600.000 IU/l atau lebih;
AST 70 IU/l atau lebih.
Kelas tidak lengkap : Bila ditemukan 1 atau 2 dari tanda-tanda diatas.

Diagnosa banding pre eklampsia-sindroma HELLP :
1. Trombotik angiopati
2. Kelainan konsumtif fibrinogen, misalnya :
- Acute fatty liver of pregnancy.
- Hipovolemia berat / perdarahan berat.
- Sepsis.
3. Kelainan jaringan ikat : SLE.
4. Penyakit ginjal primer.

Terapi Medikamentosa :
1. Mengikuti terapi medikamentosa : pre eklampsia dan eklampsia.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk trombosit dan LDH setiap 12 jam.
3. Bila trombosit kurang 50.000/ml atau adanya tanda koagulopati konsumtif maka
harus diperiksa :
- Waktu protombin
- Waktu tromboplastin parsial
- Fibrinogen.
4. Pemberian dexamethasone rescue :
a. Antepartum : diberikan double strength dexamethasone (double dose). Jika
didapatkan :
- Trombosit kurang 100.000/cc atau
- Trombosit 100.000-150.000/cc dan dengan eklampsia, hipertensi berat, nyeri
epigastrium, gejala fulminant maka diberikan dexamethasone 10 mg IV
setiap 12 jam.
b. Postpartum : Dexamehasone diberikan 10 mg intravena setiap 12 jam 2 kali
lalu diikuti 5 mg intravena setiap 12 jam 2 kali.
c. Terapi dexamethasone dihentikan bila terjadi :
1. Perbaikan laboratorium : Trombosit lebih 100.000/ml dan penurunan LDH.
2. Perbaikan tanda dan gejala klinik pre eklampsia - eklampsia.
5. Dapat dipertimbangkan pemberian :
a. Transfusi trombosit bila trombosit kurang 50.000/cc.
b. Antioksidan.

Sikap : Pengelolaan obstetrik

Sikap terhadap kehamilan pada sindroma HELLP ialah aktif yaitu kehamilan diakhiri (terminasi) tanpa memandang umur kehamilan. Persalinan dapat dilakukan pervaginam atau perabdomen.

Update : 22 Februari 2006

Sumber :

Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005.

Akbidnet.comAkbidnet.com

  • Pause

AKBID Bustanul Ulum Langsa

Pustaka

Jaringan

Jumlah Pengunjung

mod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_counter

mod_vvisit_counter

Hari Ini

1

mod_vvisit_counter

Kemarin

45

mod_vvisit_counter

Minggu ini

273

mod_vvisit_counter

Bulan Ini

845

mod_vvisit_counter

Total Pengunjung

5345

Kami memiliki 1 Tamu online

IP Address
125.163.142.199
IndonesiaIndonesia : The netname enclosed in square bracket is included in the subject.
Browser
FirefoxFirefox
Operating System
WindowsWindows



JavaScript is disabled!
To display this content, you need a JavaScript capable browser.

Kegiatan

image 0image 1image 2image 3image 4image 0image 1image 2image 3image 4

Shout Box

LAST_MESSAGE: AGO

  • abuanoname : Tutorial joomla anda bagus dan menarik sayang anda kurang suka masuk dan melirik dunia kami :D
  • abuanoname : [Link]. Hai.. admin web nya bagus yax... :D jaman abua tidak ada yang kayak gini. but tidak apa. lanjut aja.. kalo ada yang bisa di bantu ama abua silahakan saja. tar bisa di bantu untuk update berita juga bisa.. :D salam dari abua untuk gadis disana :D (bercanda)
  • guest_9418 : seru juga akbid bustanul ulum langsa.kampusnya hijau..segaaerrr..di pandang mata..maju trueseee..bustanul ulum..selamat..
  • Meftah : Do the best let God do the rest
  • guest_4320 : alert('XSS Saya')
  • guest_6603 : «link»
  • AKBIDNET : selamat Datang Di www.akbidnet.com

NAME Url: Pesan



Hakcipta © 2008, Akademi Kebida

PERDARAHAN ANTEPARTUM

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu.(1)

Klasifikasi perdarahan antepartum yaitu :(2)
1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
3. Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik)

Ciri-ciri plasenta previa : (2)
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8.
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.

Ciri-ciri solusio plasenta : (2)
1. Perdarahan dengan nyeri
2. Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya tiba-tiba
6. Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His ada
8.
Rasa tegang saat palpasi
9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
12. Tidak berhubungan dengan presentasi

Plasenta Previa
_______________

Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). (2)

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu : (2)
1.
Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup
oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.

Etiologi plasenta previa belum jelas. (2)

Diagnosis plasenta previa : (2)
1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu
dan berlangsung tanpa sebab.
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka
kepala belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
4. USG untuk menentukan letak plasenta.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui
kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan
diatas meja operasi.

Penatalaksanaan plasenta previa : (2)
1. Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
2. Penanganan aktif bila :
a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati

Perawatan konservatif berupa :
- Istirahat.
- Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
- Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
- Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.

Penanganan aktif berupa :
- Persalinan per vaginam.
- Persalinan per abdominal.

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya
sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin
pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

Indikasi melakukan seksio sesar :
- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti.
- Presentase abnormal.
- Panggul sempit.
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang).
- Gawat janin

Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka lakukan pemasangan cunam Willet atau versi Braxton Hicks.

Solusio Plasenta
________________

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta pada implantasi normal sebelum janin lahir. (2)

Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan plasenta yaitu :
1. Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma lebih 120 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3.
Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

Etiologi solusio plasenta belum jelas. (2)

Penatalaksanaan solusio plasenta : (2)

Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta ringan dilakukan istirahat, pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti secara berangsur, penderita dimobilisasi. Selama perawatan dilakukan pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit dan trombosit.

Pada solusio plasenta sedang dan berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi renjatan, memperbaiki anemia, menghentikan perdarahan dan mengosongkan uterus secepat mungkin. Penatalaksanaannya meliputi :
1. Pemberian transfusi darah
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu dilakukan seksio sesar.

Bila diagnosa solusio plasenta secara klinis sudah dapat ditegakkan, berarti perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc sehingga transfusi darah harus diberikan minimal 1000 cc. Ketuban segera dipecahkan dengan maksud untuk mengurangi regangan dinding uterus dan untuk mempercepat persalinan diberikan infus oksitosin 5 UI dalam 500 cc dekstrose 5 %.

Seksio sesar dilakukan bila :
1. Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam.
2. Perdarahan banyak.
3. Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm.
4. Panggul sempit.
5. Letak lintang.
6. Pre eklampsia berat.
7. Pelvik score kurang 5.

Vasa Previa
___________

Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. (2)

Etiologi vasa previa belum jelas. (2)

Diagnosis vasa previa : (2)

Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-Betke serta hapusan darah tepi.

Penatalaksanaan vasa previa : (2)

Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam.

Daftar Pustaka
______________

1. Pengurus Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Perdarahan
Antepartum. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. I. Jakarta.
1991 : 9-13.
2. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N, Rambulangi J. Penatalaksanaan Perdarahan
Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS, Ujung Pandang, 1997.

Update : 21 Februari 2006

Sumber :

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.

PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA

Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu.

Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda :
- Lakukan penilaian secara cepat mengenaii keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).
- Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat banyak, pingsan, tekanan sistolik
kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
- Jika dicurigai terjadi syok, segera mullai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan
cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan
segera.
- Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
- Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau lebih), berikan larutan garam
fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama).

Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda :
1. Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan anemia, penyakit
radang panggul (pelvic inflammatory disease- PID), gejala abortus atau keluhan
nyeri yang tidak biasa.
Catatan : Jika dicurigai adanya kehamilan ektopik, lakukan pemeriksaan
bimanual secara hati-hati karena kehamilan ektopik awal bisa sampai mudah
pecah.
2. Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami
terlambat haid (lebih 1 bulan sejak haid terakhir) dan mempunyai 1 atau lebih
tanda berikut : perdarahan, kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi,
serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya.
3. Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera tangani
komplikasi yang ada.

1. Diagnosis abortus imminens :
- Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang. Perdarahan ringan
membutuhkan waktu lebih 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain
bersih.
- Serviks tertutup.
- Uterus sesuai dengan usia kehamilan.
- Gejala / tanda : kram perut bawah dan uterus lunak.
2. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu :
- Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang.
- Serviks tertutup.
- Uterus sedikit membesar dari usia kehamilan normal
- Gejala / tanda : limbung atau pingsan, nyeri perut bawah, nyeri goyang porsio,
massa adneksa, dan cairan bebas intra abdomen.
3. Diagnosis abortus komplit :
- Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang.
- Serviks tertutup atau terbuka.
- Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal
- Gejala / tanda : sedikit atau tanpa nyeri perut bawah, dan riwayat ekspulsi hasil
konsepsi.
4. Diagnosis abortus insipiens :
- Perdarahan sedang hingga masif (banyak). Perdarahan berat membutuhkan
waktu kurang 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain bersih.
- Serviks terbuka.
- Uterus sesuai usia kehamilan.
- Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan belum terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
5. Diagnosis abortus inkomplit :
- Perdarahan sedang hingga masif (banyak).
- Serviks terbuka.
- Uterus sesuai usia kehamilan.
- Gejala / tanda : kram / nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
6. Diagnosis abortus mola :
- Perdarahan sedang hingga masif (banyak).
- Serviks terbuka.
- Uterus lunak dan lebih besar dari usia kehamilan
- Gejala / tanda : mual / muntah, kram perut bawah, sindrom mirip pre
eklampsia, tidak ada janin, dan keluar jaringan seperti anggur.

Tanda dan gejala abortus antara lain nyeri abdomen bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas, perdarahan berlanjut, lemah, lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret & pus dari serviks, dan nyeri goyang serviks. Komplikasinya adalah infeksi / sepsis. Penanganannya adalah mulai memberikan antibiotik sesegera mungkin sebelum melakukan aspirasi vakum manual. Antibiotiknya berupa ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24 jam ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam 48 jam.

Tanda dan gejala lainnya adalah nyeri / kaku pada abdomen, nyeri lepas, distensi abdomen, abdomen terasa tegang & keras, nyeri bahu, mual-muntah, dan demam. Komplikasinya adalah perlukaan uterus, vagina atau usus. Penanganannya yaitu lakukan laparotomi untuk memperbaiki perlukaan dan lakukan aspirasi vakum manual secara berurutan. Mintalah bantuan lebih lanjut jika dibutuhkan.

Jenis-Jenis Abortus
___________________

Jenis-jenis abortus :
1. Abortus spontan
2. Abortus yang disengaja
3. Abortus tidak aman
4. Abortus septik

Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).
3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).

Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas.

Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.

Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.

Penanganan
____________

Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.

Penanganan abortus imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi.
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya
salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus.

Penanganan abortus insipiens :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Penanganan abortus komplit :
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

Pemantauan Pasca Abortus
__________________________

Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.

Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.

Metode kontrasepsi pasca abortus :
1. Kondom
- Waktu aplikasinya segera.
- Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien.
- Dapat mencegah penyakit menular seksual.
2. Pil kontrasepsi
- Waktu aplikasinya segera.
- Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.
3. Suntikan
- Waktu aplikasinya segera.
- Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.
4. Implan
- Waktu aplikasinya segera.
- Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi
jangka panjang.
5. Alat kontrasepsi dalam rahim
- Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali.
- Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai
adanya infeksi.
6. Tubektomi
- Waktu aplikasinya segera.
- Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.
- Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika
hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.
- Sediakan metode alternatif (seperti kondom).

Beberapa wanita mungkin membutuhkan :
1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit
intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
4. Penapisan kanker serviks.

Kehamilan Ektopik Terganggu
___________________________

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba Fallopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih 90%).

Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah bervariasi tergantung dari pecah tidaknya kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum yang dikombinasi dengan pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai penanganan.

Tanda dan gejala kehamilan ektopik :
1. Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran
payudara, perubahan warna pada vagina & serviks, perlunakan serviks,
pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.
2. Nyeri pada abdomen dan pelvis.

Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :
1. Kolaps dan kelelahan.
2. Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).
3. Hipotensi.
4. Hipovolemia.
5. Abdomen akut dan nyeri pelvis.
6. Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan
petunjuk adanya darah bebas.
7. Nyeri lepas.
8. Pucat.

Diagnosis banding kehamilan ektopik yang tersering adalah abortus imminens. Diagnosa banding lainnya adalah penyakit radang panggul akut & kronik, kista ovarium (terpuntir atau ruptur) dan appendisitis akut. USG dapat membedakan antara kehamilan ektopik, abortus imminens dan kista ovarium terpuntir.

Penanganan awal kehamilan ektopik :
1. Segera lakukan uji silang darah dan laparatomi. Jangan menunggu darah
sebelum melakukan pembedahan.
2. Jika tidak ada fasilitas, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dan lakukan
penilaian awal.
3. Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan tuba Fallopii :
- Kerusakan tuba yang berat : lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dan tuba
keduanya dikeluarkan). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar
kasus.
- Kerusakan tuba yang kecil : lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan
dan tuba dipertahankan). Ini dilakukan dengan mempertimbangkan
konservasi kesuburan karena resiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi.

Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan autotransfusi apabila darah intraabdominal masih segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada akhir kehamilan, darah dapat terkontaminasi dengan air ketuban dan lain-lain sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk autotransfusi). Darah dapat dikumpulkan sebelum pembedahan atau setelah abdomen dibuka :
1. Sewaktu ibu berbaring di atas meja operasi sebelum operasi dan abdomen
tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu memungkinkan untuk
memasukkan jarum melalui dinding abdomen dan darah dikumpulkan diset
donor.
2. Cara lain, bukalah abdomen :
- Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan menggunakan
kasa untuk memisahkan bekuan darah.
- Bersihkan bagian atas dari kantong darah dengan cairan antiseptik dan bukalah
dengan pisau steril.
- Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali
melalui set penyaring dengan cara biasa.
- Jika tidak tersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium
sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.

Penanganan selanjutnya :
1. Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan konseling dan nasehat mengenai
prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko kehamilan ektopik
selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi,
jika diinginkan, merupakan hal yang penting.
2. Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr per oral selama 2 minggu.
3. Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4 minggu.

Mola Hidatidosa
_______________

Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari vili khorialis.

Penanganan awal kehamilan mola :
Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus :
- Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakkan blok paraservikal.
- Pengosongan dengan aspirasi vakum manuaal lebih aman daripada kuretase
tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tinggi.
- Jika sumber vakum adalah tabung manual,, siapkan peralatan aspirasi vakum
manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga
pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak tetapi penting untuk
cepat dikosongkan.

Penanganan selanjutnya kehamilan mola :
- Pasien dianjurkan untuk menggunakan konntrasepsi hormonal (apabila masih ingin
anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.
- Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selaama minimal 1 tahun pasca evakuasi
dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya resiko
timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes
kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif
kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk
pemantauan dan penanganan lebih lanjut.

Update : 6 Maret 2006

Sumber :

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.

PERDARAHAN ANTEPARTUM

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu.(1)

Klasifikasi perdarahan antepartum yaitu :(2)
1.
Plasenta previa
2. Solusio plasenta
3. Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik)

Ciri-ciri plasenta previa : (2)
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8.
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.

Ciri-ciri solusio plasenta : (2)
1. Perdarahan dengan nyeri
2. Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya tiba-tiba
6. Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His ada
8.
Rasa tegang saat palpasi
9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
12. Tidak berhubungan dengan presentasi

Plasenta Previa
_______________

Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). (2)

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu : (2)
1.
Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup
oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.

Etiologi plasenta previa belum jelas. (2)

Diagnosis plasenta previa : (2)
1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu
dan berlangsung tanpa sebab.
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka
kepala belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
4. USG untuk menentukan letak plasenta.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui
kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan
diatas meja operasi.

Penatalaksanaan plasenta previa : (2)
1. Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
2. Penanganan aktif bila :
a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati

Perawatan konservatif berupa :
- Istirahat.
- Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
- Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
- Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.

Penanganan aktif berupa :
- Persalinan per vaginam.
- Persalinan per abdominal.

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya
sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin
pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

Indikasi melakukan seksio sesar :
- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti.
- Presentase abnormal.
- Panggul sempit.
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang).
- Gawat janin

Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka lakukan pemasangan cunam Willet atau versi Braxton Hicks.

Solusio Plasenta
________________

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta pada implantasi normal sebelum janin lahir. (2)

Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan plasenta yaitu :
1. Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma lebih 120 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3.
Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

Etiologi solusio plasenta belum jelas. (2)

Penatalaksanaan solusio plasenta : (2)

Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta ringan dilakukan istirahat, pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti secara berangsur, penderita dimobilisasi. Selama perawatan dilakukan pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit dan trombosit.

Pada solusio plasenta sedang dan berat maka penanganan bertujuan untuk mengatasi renjatan, memperbaiki anemia, menghentikan perdarahan dan mengosongkan uterus secepat mungkin. Penatalaksanaannya meliputi :
1. Pemberian transfusi darah
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu dilakukan seksio sesar.

Bila diagnosa solusio plasenta secara klinis sudah dapat ditegakkan, berarti perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc sehingga transfusi darah harus diberikan minimal 1000 cc. Ketuban segera dipecahkan dengan maksud untuk mengurangi regangan dinding uterus dan untuk mempercepat persalinan diberikan infus oksitosin 5 UI dalam 500 cc dekstrose 5 %.

Seksio sesar dilakukan bila :
1. Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam.
2. Perdarahan banyak.
3. Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm.
4. Panggul sempit.
5. Letak lintang.
6. Pre eklampsia berat.
7. Pelvik score kurang 5.

Vasa Previa
___________

Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. (2)

Etiologi vasa previa belum jelas. (2)

Diagnosis vasa previa : (2)

Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-Betke serta hapusan darah tepi.

Penatalaksanaan vasa previa : (2)

Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam.

Daftar Pustaka
______________

1. Pengurus Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Perdarahan
Antepartum. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. I. Jakarta.
1991 : 9-13.
2. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N, Rambulangi J. Penatalaksanaan Perdarahan
Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS, Ujung Pandang, 1997.

Update : 21 Februari 2006

PRE EKLAMPSIA & EKLAMPSIA


A. Pre Eklampsia Ringan
_______________________

Pengertian (1,2,3)
__________

Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.

Patofisiologi (4)
_____________

Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai "maladaptation syndrome" akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.

Gejala Klinis (4)
_____________

Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :
1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang
110 mmHg.
2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.

Pemeriksaan dan Diagnosis (4)
_________________________

1. Kehamilan lebih 20 minggu.
2. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali
selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2
kali setelah istirahat 10 menit).
3. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau
tungkai.
4. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).

Penatalaksanaan (2)
_______________

Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan :
- Banyak istirahat (berbaring tidur / mirring).
- Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam.
- Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral
selama 7 hari.
- Roborantia
- Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
- Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap,
asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.(1)

Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan kriteria :(1)
1. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan
dari gejala-gejala pre eklampsia.
2. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut
(2 minggu).
3. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat
- Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre
eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
- Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu
dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari
lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat
jalan.

Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :
1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu sampai aterm.
b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37
minggu atau lebih.
2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
- Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3. Cara persalinan
- Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II.

B. Pre Eklampsia Berat
______________________

Pengertian (4)
__________

Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Penatalaksanaan (1)
_______________

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.

Perawatan Aktif
----------------

Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).(3,4,5)

1. Indikasi (salah satu atau lebih)
a. Ibu
- Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
- Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala
status quo (tidak ada perbaikan).
b. Janin
- Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
- Adanya tanda IUGR
c. Laboratorium
- Adanya "HELLP syndrome" (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).

Pengobatan Medisinal
____________________

Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :
1. Segera masuk rumah sakit
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks
patella setiap jam.(3)
3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc.
4. Antasida
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im.
(4)
8. Antihipertensi diberikan bila :
a. Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP
lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105
mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
(8,9)
b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-
obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang
biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan
dengan tekanan darah.
d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai
diberikan secara oral. (Syakib Bakri, 1997)
9. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi
cepat dengan cedilanid D.
10. Lain-lain :
- Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
- Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat celcius dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc
IM.
- Antibiotik diberikan atas indikasi.(4) Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari.
- Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat
diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam
sebelum janin lahir.

Pemberian Magnesium Sulfat
---------------------------

Cara pemberian magnesium sulfat :
1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit
kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr
di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no
21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2%
yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.(6)
2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian
dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian
MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.(3)
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 :(4,7)
- Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10
cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
- Refleks patella positif kuat
- Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
- Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).
4. MgSO4 dihentikan bila :(7)
a. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis
menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan
karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter.
Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq
terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi
kematian jantung.(3,7)
b. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat :(7)
- Hentikan pemberian magnesium sulfat
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam
waktu 3 menit.
- Berikan oksigen.
- Lakukan pernapasan buatan.
c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah
terjadi perbaikan (normotensif).

Pengobatan Obstetrik
_____________________

Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu
---------------------------------------------
1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan
dengan fetal heart monitoring.(4)
2. Seksio sesaria bila :
- Fetal assesment jelek
- Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau adanya
kontraindikasi tetesan oksitosin.
- 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
(1,2)

Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu (1,2)
---------------------------------------------

Kala I
-------
1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
2. Fase aktif :
- Amniotomi saja
- Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka
dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).

Kala II
--------

Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.

Perawatan Konservatif (1,2)
_____________________

1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan
aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup
intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong
kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia
ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal
gagal dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu
MgSO4 20% 2 gram intravenous.
4. Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia ringan dan
telah dirawat selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan
(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

C. Eklampsia
____________

Pengertian (1,2)
__________

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.

Patofisiologi (4)
_____________

Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.

Gejala Klinis (4)
_____________

- Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinnan atau masa nifas
- Tanda-tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)
- Kejang-kejang dan/atau koma
- Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.

Pemeriksaan dan diagnosis (4)
1. Berdasarkan gejala klinis di atas
2. Pemeriksaan laboratorium
- Adanya protein dalam urin
- Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung
- Fungsi hematologi / hemostasis.

Penatalaksanaan (1,2)
_______________

Tujuan pengobatan :
1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang.
2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis
3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.

Pengobatan Medisinal
____________________

Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital / thiopental 3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan.

Perawatan bersama : konsul bagian saraf, penyakit dalam / jantung, mata, anestesi dan anak.

Perawatan pada serangan kejang : di kamar isolasi yang cukup terang / ICU

Pengobatan Obstetrik (1,2)
____________________

1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
2. Bilamana diakhiri, sikap dasar : Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi
(pemulihan) hemodinamik dan metabolisme ibu. Stabilisasi ibu dicapai dalam 4-
8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah :
- Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
- Setelah kejang terakhir
- Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir
- Penderita mulai sadar (responsif dan orientasi)

Terminasi Kehamilan (4)
___________________

1. Apabila pada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan per
vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal.
2. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotomi
lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar.
3. Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan :
- Penderita belum inpartu
- Fase laten
- Gawat janin
Tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan atau
kondisi ibu.

Daftar Pustaka
______________

1. Salgas Gestosis POGI. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di
Indonesia. Ed. 1985.
2. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. 1. Cet. ke-2.
Jakarta : Gaya baru.
1994. 1-8.
3. Fields DH. Gestationally Induced Hypertention. In : Barber HRK, Fields DH,
Kaufman SA, eds. Quick Deference to Obgyn Procedure. Philadelphia : AB
Lippincoti Company. 1990 : 166-173.
4. Abadi A, Sukaputra B. Waspodo D, Djuarsa E, Gumilar E, Uktolsea F, dkk.
Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo, 1994. Laboratorium / UPF
Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya.
5. Handaya. Penanganan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia. Dibacakan pada seminar
dan lokakarya Penanganan Pre Eklampsia dan Eklampsia Berat. Bagian Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Januari 1993.
6. Bhalla AK, Dhall 61, Dhall K. A Safer and More Effective Treatment Regimen for
Eclampsia. Aust NZ J Obstet Gynecol 1994 : 34; z : 144-148.
7. Sombolinggi A. Pengobatan Pre Eklampsia Berat / Eklampsia dengan Magnesium
Sulfat dan Diazepam pada Beberapa Rumah Sakit Bersalin di Ujung Pandang.
Skripsi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Ujung Pandang. 1992.
8. Bakri S. Hipertensi pada Wanita Hamil. Dibacakan pada Simposium Penanganan
Pre Eklampsia dan Eklampsia, Ujung Pandang, Desember 1996.
9. Gant NF, Cunningham FG. Basic Gynecology and Obstetrics. Connecticut Appleton
and Lange, 1993. 426-431.

Update : 22 Januari 2006

Vasa Praevia

Vasa Praevia

Perdarahan per vaginam pada usia kehamilan ³ 20 minggu. Vasa previa timbul bila pembuluh darah dari plasenta atau umbilikus berjalan melewati ostium uteri internum. Kasus ini jarang terjadi, angka kejadiannya 1 : 2500 hingga 1 : 3000 persalinan

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesis

Timbul perdarahan pada kehamilan ³ 20 minggu, berwarna merah segar, timbul tiba-tiba atau pasca koitus, tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus), dan bila banyak dapat terbentuk bekuan darah. Jumlah darah yang keluar sesuai dengan beratnya keadaan pasien. Tanyakan siklus haid dan hari pertama haid terakhir, apakah sudah pernah di USG, dan apakah ada penyakit sistemik.

Pemeriksaan Status Generalis

Tanda vital dan keadaan umum pasien.

Pemeriksaan Status Obstetrik

Periksa Luar : apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP, apakah ada kelainan letak, dan lakukan pemeriksaan Leopold bila kehamilan di atas 36 minggu.

Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina.

Perabaan Forniks : dilakukan bila kehamilan > 28 minggu, presentasi kepala dan ada kecurigaan plasenta praevia. Bila tidak teraba bantalan plasenta, lakukan periksa dalam.

Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan dilakukan partus per vasginam dengan usia kehamilan ³ 36 minggu atau TBJ ³ 2500 gram.

DIAGNOSIS BANDING

Plasenta praevia, solusio plasenta, kelainan serviks, trauma, varises vagina pecah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA.

2. Kardiotokografi : kehamilan > 28 minggu.

3. Laboratorium : darah perifer lengkap.

KONSULTASI

Spesialis Anak dan Spesialis Anestesi

PERAWATAN RUMAH SAKIT

Setiap pasien dengan perdarahan antepartum perlu segera dirawat.

PENYULIT

Karena Penyakit.

a. Pada Ibu : renjatan, hipotonia atau atonia uteri, infeksi.

b. Pada Janin : asfiksia, prematuritas, BBLR, RDS.

Karena Tindakan / Terapi.

a. Pada Ibu : kelebihan cairan, reaksi transfusi, infeksi.

b. Pada Janin : asfiksia, infeksi

LAMA PERAWATAN

Bila pasien akan dilakukan tindakan konservatif, lama perawatan sampai usia gestasi ³ 36 minggu atau TBJ ³ 2500 gram ditambah perawatan pasca persalinan. Bila ada penyulit, lama perawatan dapat lebih lama lagi.

MASA PEMULIHAN

Partus per vaginam : 42 hari; seksio sesarea : 3 bulan.

KELUARAN

Komplikasi : diharapkan minimal atau tidak ada.

Kesembuhan : diharapkan sempurna.

Author

Judi Januadi Endjun, Achmad Mediana Endjun, Jelondra Djoesman, Sanny Santana, Bawono Hasan, Bambang Winarno

PUSTAKA

1. POGI Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian I. Cetakan Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1994.

2. RSPAD Gatot Soebroto, Departemen Obstetri dan Ginekologi. Standar Pelayanan Medik Obstetri Ginekologi. Jakarta, 1996.

3. Cunningham et al. Obstetrical Hemorrhage. In : Williams Obstetrics. 21st Ed. New York, 2001.

What is placenta previa?

If you have placenta previa, it means that your placenta is lying unusually low in your uterus, next to or covering your cervix. The placenta is the pancake-shaped organ — normally located near the top of the uterus — that supplies your baby with nutrients through the umbilical cord.

Placenta previa is not usually a problem early in pregnancy. But if it persists into later pregnancy, it can cause bleeding, which may require you to deliver early and can lead to other complications. If you have placenta previa when it's time to deliver your baby, you'll need to have a c-section.

If the placenta covers the cervix completely, it's called a complete or total previa. If it's right on the border of the cervix, it's called a marginal previa. (You may also hear the term "partial previa," which refers to a placenta that covers part of the cervical opening once the cervix starts to dilate.) If the edge of the placenta is within 2 centimeters of the cervix but not bordering it, it's called a low-lying placenta. The location of your placenta will be checked during your midpregnancy ultrasound exam.

What happens if I'm diagnosed with placenta previa?

It depends on how far along you are in pregnancy. Don't panic if your second trimester ultrasound shows that you have placenta previa. As your pregnancy progresses, your placenta is likely to "migrate" farther from your cervix and no longer be a problem. (Since the placenta is implanted in the uterus, it doesn't actually move, but it can end up farther from your cervix as your uterus expands. Also, as the placenta itself grows, it's likely to grow toward the richer blood supply in the upper part of the uterus.)

Only about 10 percent of women who have placenta previa noted on ultrasound at midpregnancy still have it when they deliver their baby. A placenta that completely covers the cervix is more likely to stay that way than one that's bordering it (marginal) or nearby (low-lying).

Even if previa is discovered later in pregnancy, the placenta may still move away from the cervix (although the later it's found, the less likely this is to happen). You'll have a follow-up ultrasound early in your third trimester to check on the location of your placenta. If you have any vaginal bleeding in the meantime, an ultrasound will be done then to find out what's going on.

Pengertian sectio caesaria

Ada beberapa pengertian mengenai sectio caesaria :

1.

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

Sesuai pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan, sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

1.

Ibu

Indikasi sectio caesaria

disproporsi kepala panggul/CPD//FPD

Disfungsi uterus

Distosia jaringan lunak

Plasenta previa

1.

Anak

Janin besar

Gawat janin

Letak lingtang

Kontra indikasi sectio caesaria : pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (monster).

(Sarwono, 1991)

1.

Sektio caesaria abdominalis

Tipe operasi sektio caesaria

Sektio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.

Sektio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim

2. Sectio caesaria transperitonialis yang terdiri dari :

3. Sektio caesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.

1.

Sektio Caesaria vaginalis

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :

Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig

Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr

Sayatan huruf T (T-incision)

(Mochtar, Rustam, 1992)

Prognosis

Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.

Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga – tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.

Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara – negara dengan pengawasan antenatal yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 % (Mochtar Rustam, 1992).

Komplikasi

Pada Ibu

Infeksi puerperal

Perdarahan

Komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru, dan sebagainya jarang terjadi.

Pada anak

Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).

Pemeriksaan diagnostik

Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

Pemantauan EKG

JDL dengan diferensial

Elektrolit

Hemoglobin/Hematokrit

Golongan dan pencocokan silang darah

Urinalisis

Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.

Ultrasound sesuai pesanan

(Tucker, Susan Martin, 1998)

1.

Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah urin yang tertampung dikantong urin, periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi.

Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi ditandatangani oleh operator.

Buat instruksi perawatan yang meliputi :

Perawatan pasca operasi

Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas.

Jadwal pengukuran jumlah produksi urin

Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan pada No. 1 dan 2.

Penatalaksanaan medis

Cairan IV sesuai indikasi.

Anestesia; regional atau general

Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.

Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.

Pemberian oksitosin sesuai indikasi.

Tanda vital per protokol ruangan pemulihan

Persiapan kulit pembedahan abdomen

Persetujuan ditandatangani.

Pemasangan kateter foley

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio caesaria melalui pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan :

Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998)

Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio caesaria ada 6 (Tucker, Susan Martin, 1998) yaitu ;

Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar.

Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.

Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.

Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.

Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.

Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.

Perencanaan

Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar.

Tujuan : - Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah.

Intervensi :

Diskusikan dengan ibu dan orang terdekat alasan untuk seksio saesaria.

Jelaskan prosedur praoperasi “normal” dan resiko variasi untuk situasi saat ini.

Saksi penandatanganan persetujuan tindakan dan dapatkan tanda vital dasar.

Ambil darah untuj JDL, elektrolit, golongan darah dan skrin.

Dapatkan urine untuk urinalisis.

Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.

Tujuan : Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman.

Intervensi :

Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.

Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.

Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.

Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.

Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.

Tujuan : - Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan

- Menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.

Intervensi :

Kaji status pernafasan dengan tanda vital.

Dokumentasikan dan laporkan peningkatan frekuensi pernafasan, batuk non produktif, ronki terdengar, rales, atau kongesti jalan napas atas.

Anjurkan pasien untuk batuk, membalik, dan napas dalam setiap 2 jam selama hari pascaoperasi pertama.

Demostrasikan pembebatan untuk menyokong insisi.

Anjurkan penggunaan spirometer insentif.

Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.

Tujuan : - Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan

· Mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.

Intervensi :

Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.

Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.

Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.

Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.

Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.

Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.

Tujuan : - Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi.

· Involusi uterus berlanjut secara normal

Intervensi :

Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.

Observasi insisi terhadap infeksi.

Penggantian pembalut atau sesuai pesanan

Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.

Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap keras

Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.

Tujuan : - Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar.

Intervensi :

Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.

Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.

Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.

Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.

Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.

Pelaksanaan

Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.

Komponen tahap implementasi terdiri dari :

Tindakan keperawatan mandiri

Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang – undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.

Tindakan keperawatan kolaboratif

Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah klien.

Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.

Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan kesehatan (Allen, Carol Vestal, 1998)

Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.

Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol Vestal, 1998)

Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :

Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah

Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman

Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.

Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan

Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara normal

Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar

Sumber:

1. Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

2. Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta.

3. Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta.

4. Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.

5. Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

6. ______________, (1999), Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

7. Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.

8. Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

1. _____________, (1991), Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 1 Cet. 2, Yayasn Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

2. Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA

DENGAN INDIKASI PANGGUL SEMPIT

Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

Jenis – jenis operasi sectio caesarea

• Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

• Sectio caesarea transperitonealis

• SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

• Mengeluarkan janin dengan cepat

• Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

• Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

• Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik

• Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

• SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

• Penjahitan luka lebih mudah

• Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

• Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

• Perdarahan tidak begitu banyak

• Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

Kekurangan :

• Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak

• Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

• SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal

• Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Sayatan memanjang ( longitudinal )

2. Sayatan melintang ( Transversal )

3. Sayatan huruf T ( T insicion )

Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )

• Fetal distress

• His lemah / melemah

• Janin dalam posisi sungsang atau melintang

• Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )

• Plasenta previa

• Kalainan letak

• Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )

• Rupture uteri mengancam

• Hydrocephalus

• Primi muda atau tua

• Partus dengan komplikasi

• Panggul sempit

• Problema plasenta

Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

• Infeksi puerperal ( Nifas )

• Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

• Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung

• Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

• Perdarahan

• Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

• Perdarahan pada plasenta bed

• Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi

• Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

Post Partum

DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS

Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu.

(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)

adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)

PERIODE

Masa nifas dibagi dalam 3 periode:

• Early post partum

Dalam 24 jam pertama.

• Immediate post partum

Minggu pertama post partum.

• Late post partum

Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN

• Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.

• Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

• Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

• Memberikan pelayanan keluarga berencana.

TANDA DAN GEJALA

• Perubahan Fisik

• Sistem Reproduksi

• Uterus

• Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.

Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.

• Lochea

• Komposisi

Jaringan endometrial, darah dan limfe.

• Tahap

• Rubra (merah) : 1-3 hari.

• Serosa (pink kecoklatan)

• Alba (kuning-putih) : 10-14 hari

Lochea terus keluar sampai 3 minggu.

• Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.

Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.

• Siklus Menstruasi

Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.

• Ovulasi

Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih.

Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.

• Serviks

Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.

• Vagina

Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.

• Perineum

• Episiotomi

Penyembuhan dalam 2 minggu.

• Laserasi

TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot

TK II : Meluas sampai dengan otot perineal

TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter

TK IV : melibatkan dinding anterior rektal

• Payudara

Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.

• Sistem Endokrin

• Hormon Plasenta

HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.

• Hormon pituitari

Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.

• Sistem Kardiovaskuler

• Tanda-tanda vital

Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.

• Volume darah

Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu

Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.

• Perubahan hematologik

Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.

• Jantung

Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.

• Sistem Respirasi

Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.

• Sistem Gastrointestinal

• Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.

• Nafsu makan kembali normal.

• Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.

• Sistem Urinaria

• Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.

• Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.

• Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.

• Sistem Muskuloskeletal

Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.

• Sistem Integumen

Hiperpigmentasi perlahan berkurang.

• Sistem Imun

Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

ASUHAN KEPERAWATAN

POST PARTUM FISIOLOGIS

• PENGKAJIAN

Pemeriksaan Fisik

• Monitor Keadaan Umum Ibu

• Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit

• 24 jam I : tiap 4 jam

• Setelah 24 jam : tiap 8 jam

• Monitor Tanda-tanda Vital

• Payudara

Produksi kolustrum 48 jam pertama.

• Uterus

Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.

• Insisi SC

Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna.

• Kandung Kemih dan Output Urine

Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.

• Bowel

Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.

• Lochea

Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.

• Perineum

Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi.

• Ekstremitas

Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.

• Diagnostik

Jumlah darah lengkap, urinalisis.

Perubahan Psikologis

• Peran Ibu meliputi:

Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran.

• Baby Blues:

Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.

• Perubahan Psikologis

• Perubahan peran, sebagai orang tua.

• Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.

• Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu.

• Faktor-faktor Risiko

• Duerdistensi uterus

• Persalinan yang lama

• Episiotomi/laserasi

• Ruptur membran prematur

• Kala II persalinan

• Plasenta tertahan

• Breast feeding

PANGGUL SEMPIT

Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul

Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :

• Kesempitan pintu atas panggul

• kesempitan bidang bawah panggul

• kesempitan pintu bawah panggul

• kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Kesempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm

Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :

• Kelainan karena gangguan pertumbuhan

• Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil

• Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa

• Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang

• Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit

• Panggul belah : symphyse terbuka

• kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

• Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain

• Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang

• Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring

• kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

• kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong

• sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring

• kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah

coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.

Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.

Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan

Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.

• Pengaruh pada kehamilan

• Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata

• Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah

Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung

Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit

• Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir

• Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.

• Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.

• Pengaruh pada persalinan

• Persalinan lebih lama dari biasa.

• Karena gangguan pembukaan

• Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak

Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul

• Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya :

• Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.

Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing)

• Pada oang sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya

• Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul.

• Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit

• Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim.

Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra.

• Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa.

Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum.

• Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.

Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya.

• Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus .

• Pengaruh pada anak

• Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.

• Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak

• Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.

Persangkaan Panggul sempit

Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :

• Aprimipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36

• Pada primipara ada perut menggantung

• pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit

• kelainan letak pada hamil tua

• kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain)

• osborn positip

Prognosa

Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor

• Bentuk panggul

• Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan

• Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul

• Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala

• Presentasi dan posisi kepala

• His

Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.

Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm.

Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat.

Karena itu kalau CV <>

Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor :

• Riwayat persalinan yang lampau

• besarnya presentasi dan posisi anak

• pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa

• his

• lancarnya pembukaan

• infeksi intra partum

• bentuk panggul dan derajat kesempitan

karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ - 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan.

Persalinan percobaan

Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya.

Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam.

Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.

Kita menghentikan presalianan percobaan kalau:

• – pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya

• Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik

• Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis

• – setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat

• Forcepe gagal

Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi

Dalam istilah inggris ada 2 macam persalinan percobaan :

• Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterngkan diatas

• test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya.

Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil.

Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena:

• Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit

• kematian anak terlalu tinggo dengan percobaan tersebut

kesempitan bidang tengah panggul

bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5

Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah :

• Diameter transversa ( diameter antar spina ) 10 ½ cm

• diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11 ½ cm

• diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 5 cm

dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit :

• Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)

• diameter antara spina <>

ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau :

• Spinae ischiadicae sangat menonjol

• Kalau diameter antar tuber ischii 8 ½ cm atau kurang

Prognosa

Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC.

Terapi

Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.

Kesempitan pintu bawah panggul:

Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan

Ukuran – ukuran yang penting ialah :

• Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm

• diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm

• diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm

pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang

kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.

Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < cm =" 18,5">

Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup luas.

Pengkajian

• Sirkulasi

Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus )

• integritas ego

perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis

• Makanan / cairan

Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis

• Pernafasan

Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok

• Keamanan

• Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan

• Adanya defisiensi imun

• Munculnya kanker/ adanya terapi kanker

• Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi

• Riwayat penyakit hepatic

• Riwayat tranfusi darah

• Tanda munculnya proses infeksi

Proritas Keperawatan

• Mengurangi ansietas dan trauma emosional

• Menyediakan keamanan fisik

• Mencegah komplikasi

• Meredakan rasa sakit

• Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan

• Menyediakan informasi mengenai proses penyakit

Diagnosa Keperawatan

• Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan

• Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri

• Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas

• Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah )

Konsep Seksio Sesarea

Definisi Seksio sesarea
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar,1998). Dikatakan juga seksio sesarea adalah memindahkan fetus dari uterus melalui insisi yang dibuat dalam dinding abdomen dan uterus (Long,1996).

Indikasi Seksio Sesarea
Menurut Kasdu (2003) indikasi seksio sesarea di bagi menjadi dua factor :
Faktor Janin
1) Bayi terlalu besar
Berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir
2) Kelainan letak bayi
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim yaitu letak sungsang dan lintang
3) Ancaman gawat janin (Fetal Distres)
Gangguan pada janin melalui tali pusat akibat ibu menderita hipertensi atau kejang rahim. Gangguan pada bayi juga diketahui adanya mekonium dalam air ketuban. Apabila proses persalinan sulit melalui vagina maka dilakukan operasi seksio sesarea.
4) Janin abnormal
Janin abnormal misalnya kerusakan genetic dan hidrosephalus
5) Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu dan janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi bila itu plasenta previa dan solutio plasenta
6) Kelainan tali pusat
Ada dua kelainan tali pusat yang bias terjadi yaitu prolaps tali pusat dan terlilit tali pusat

7) Multiple pregnancy
Tidak selamanya bayi kembar dilaksanakan secara operasi. Persalinan kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi misalnya lahir premature sering terjadi preeklamsi pada ibu. Bayi kembar dapat juga terjadi sungsang atau letak lintang. Oleh karena itu pada persalinan kembar dianjurkan dirumah sakit, kemungkinan dilakukan tindakan operasi.
Faktor Ibu
1) Usia
Ibu yang melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit yang beresiko misalnya hipertensi jantung, kencing manis dan eklamsia.
2) Tulang Panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin.
3) Persalinan sebelumnya dengan operasi
4) Faktor hambatan jalan lahir
Gangguan jalan lahir terjadi adanya tumor atau myoma. Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju adalah distosia
5) Ketuban pecah dini
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 60-70% bayi yang mengalami ketuban pecah dini akan lahir sendiri 2×24 jam. Apabila bayi tidak lahir lewat waktu, barulah dokter akan melakukan tindakan operasi seksio sesarea

Jenis-jenis seksio sesarea
Menurut Mochtar (1998), arah sayatan operasi seksio sesarea dibagi :
Seksio sesarea klasik (Corporal)
Seksio sesarea dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira 10 centimeter.
Jenis ini mempunyai kelebihan:
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa di perpanjang proksimal atau distal
Sedang kekurangannya adalah :
1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal
2) Untuk persalinan selanjutnya sering terjadi rupture uteri spontan
Seksio sesarea ismika (Profunda)
Seksio sesarea dilakukan dengan membuat syatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim (Low Servic Transversal) kira – kira 10 centimeter.
Dengan kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Perdarahan berkurang dibandingkan cara klasik
3) Kemungkinan rupture uteri spontan kecil
Sedangkan kekurangannya :
Luka dapat melebar kekiri, kekanan sehingga menyebabkan arteri uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan lebih banyak

Komplikasi seksio sesarea
Menurut Mochtar (1998), komplikasi seksio sesarea sebagai berikut :
1. Infeksi peurperal (nifas)
Kenaikan suhu beberapa hari merupakan infeksi ringan, kenaikan suhu yang disertai dehidrasi serta perut kembung termasuk infeksi sedang. Sedangkan peritonitis, sepsis serta ileus paralitik merupakan infeksi berat
2. Perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak yang terputus atau dapat juga karena atonia uteri
3.
Luka kandung kemih, emboli paru dan terluka kandung kemih bila repertonial terlalu tinggi
4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang

Tips Praktis Mengenali Plasenta Previa
Oleh : Dito Anurogo, S. Ked.

25-Mei-2008, 14:58:57 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia - Tips Praktis Mengenali Plasenta Previa

Sinonim
Plasenta previa, placenta previa, placenta praevia.

Definisi
1. Implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
2. Kondisi dimana telur yang telah dibuahi (the fertilized egg) menjadi tertanam (implanted) di bagian bawah uterus, yang berarti bahwa plasenta terletak melewati (lies across) serviks dan dapat terpisah/tidak lagi melekat (detached) selama masa kelahiran bayi/bersalin (childbirth) dan dapat menyebabkan kerusakan otak pada bayi.
3. Pregnancy in which the placenta is implanted in the lower part of the uterus (instead of the upper part); can cause bleeding late in pregnancy; delivery by cesarean section may be necessary.

Varian Plasenta Previa
Plasenta previa melibatkan implantasi plasenta di atas mulut serviks bagian dalam (internal cervical os). Berbagai varian termasuk:

1. Implantasi lengkap di atas mulut atau complete implantation over the os (complete placenta previa)
2. Sebagian tepi plasenta menutupi mulut atau a placental edge partially covering the os (partial placenta previa)
3. Plasenta mencapai perbatasan atau the placenta approaching the border of the os (marginal placenta previa).
4. Plasenta letak rendah atau a low-lying plasenta berimplantasi di caudad setengah sampai sepertiga dari uterus atau sekitar 2-3 cm dari mulut (os).

Penyebab
1. Perdarahan (hemorrhaging), jika berhubungan dengan kehamilan (labor), dapat sekunder ke dilatasi serviks dan gangguan (disruption) implantasi plasenta dari servikas dan segmen bawah rahim (lower uterine segment). Segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dan oleh karenanya tidak dapat menekan/mempersempit (constrict) pembuluh darah di korpus uterus, menyebabkan perdarahan yang terus-menerus.
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation (larger surface area of the placenta)
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya (prior uterine surgery)
8. Keguguran berulang (recurrent abortions)
9. Status sosioekonomi yang rendah
10. Jarak antarkehamilan yang pendek (short interpregnancy interval) 11. Merokok
12. Penggunaan kokain
13. Penyebab lainnya termasuk pemeriksaan dengan jari (digital exam), abruption (pre-eclampsia, hipertensi kronis, penggunaan kokain, dll) dan penyebab trauma lainnya (seperti: trauma postcoital).

Faktor Predisposisi
1. Melebarkan pertumbuhan plasenta
a. Kehamilan kembar (gemelli)
b. Tumbuh kembang plasenta tipis
2. Kurang suburnya endometrium
a. Malnutrisi ibu hamil
b. Melebarnya plasenta karena gemelli
c. Sering dijumpai pada grandemultipara
3. Terlambat implantasi
a. Endometrium fundus kurang subur
b. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam
bentuk blastula yang siap untuk nidasi.

Patofisiologi
Implantasi plasenta diprakarsai (initiated) oleh embrio (embryonic plate) menempel di uterus (cauda) bagian bawah. Dengan pertumbuhan dan penambahan plasenta, perkembangan plasenta dapat menutupi mulut plasenta (cervical os). Bagaimanapun juga, diperkirakan bahwa suatu vaskularisasi decidua (jaringan epitel endometrium) defective terjadi di atas (over) serviks, mungkin ini sekunder terhadap inflamasi atau perubahan atrofik. Per se, bagian plasenta yang sedang mengalami perubahan atrofik dapat berlanjut sebagai vasa previa.

Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, placenta previa memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa disertai rasa nyeri (painless bleeding). Perdarahan ini dipercaya memiliki hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (the lower uterine segmen) pada trimester ketiga. Tambahan (attachment) plasenta terganggu (disrupted) karena daerah ini (segmen bawah rahim) menipis secara bertahap dalam rangka persiapan untuk permulaan kelahiran (the onset of labor). Saat ini berlangsung, maka perdarahan terjadi pada daerah implantasi/nidasi karena uterus tidak dapat berkontraksi dengan cukup kuat dan menghentikan aliran darah dari pembuluh darah yang terbuka. Thrombin yang dilepaskan dari area perdarahan memacu (promotes) kontraksi uterus dan timbulnya lingkaran setan (vicious cycle): perdarahan-kontraksi-pemisahan plasenta-perdarahan.

Epidemiologi

Di Amerika Serikat
Plasenta previa terjadi pada 0,3-0,5% dari semua kelahiran. Ada peningkatan risiko sebesar 1,5 sampai 5 kali lipat jika disertai riwayat seksio sesarea (cesarean delivery). Dengan peningkatan jumlah kelahiran secara seksio sesarea, risiko ini dapat menjadi sebesar 10%. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kelahiran secara seksio sesarea sebelumnya tidak meningkatkan jumlah plasenta previa yang terdeteksi dengan ultrasonography pada trimester kedua.

Bagaimanapun juga, rata-rata perpindahan plasenta yang diamati (observed) pada 28-36 minggu masa gestation (perkembangan embrio) dapat mengidentifikasi pasien yang lebih mungkin untuk melahirkan per vagina dengan resolution previa.

Dari semua plasenta previa, frekuensi plasenta previa total (complete) sebesar 20-45%, plasenta previa parsial sekitar 30%, dan plasenta previa marginal sebesar 25-50%.
Mortalitas/Morbiditas

Faktor-faktor yang memengaruhi morbiditas dan risiko relatifnya:
1. Perdarahan antepartum: 10
2. Kebutuhan akan histerektomi: 33
3. Transfusi darah: 10
4. Septikemia: 5,5
5. Tromboflebitis: 5

Rata-rata mortalitas perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa sebesar 2-3%.

Mortalitas maternal sebesar 0,03% di Amerika Serikat.

Ras
Plasenta previa tidak memiliki predileksi untuk ras tertentu.

Jenis Kelamin
Plasenta previa hanya terjadi pada wanita hamil.

Usia
Risiko plasenta previa berhubungan dengan usia adalah sebagai berikut:
1. Usia 12-19 tahun - 1%
2.
Usia 20-29 tahun – 0,33%
3. Usia 30-39 tahun - 1%
4. Usia di atas 40 tahun - 2%

Gejala Klinis

1. Perdarahan tanpa disertai rasa sakit, yang terjadi pada
trimester ketiga.
2. Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan
segmen bawah rahim.
3. Bagian terendah masih tinggi di atas pintu atas panggul
(kelainan letak).
4. Perdarahan dapat sedikit atau banyak sehingga timbul gejala.

Riwayat Penyakit (History of Disease)
Gambaran klasik plasenta previa adalah perdarahan vagina tanpa disertai rasa sakit atau nyeri (painless vaginal bleeding).
* Sekitar dua pertiga pasien menunjukkan gejala sebelum
36 minggu gestation, dengan setengah dari pasien ini
menampakkan gejala sebelum 30 minggu gestation.
* Perdarahan ini seringkali berhenti spontan dan kemudian
terjadi lagi dengan kehamilan (labor).

Pemeriksaan Fisik
1. Semua wanita hamil diluar trimester pertama yang mengalami perdarahan vagina memerlukan pemeriksaan speculum diikuti oleh diagnostic ultrasound, jika sebelumnya tidak ada konfirmasi riwayat plasenta previa.
2. Karena risiko perdarahan yang membahayakan kehidupan (provoking life-threatening hemorrhage), maka pemeriksaan dengan jari (a digital examination) mutlak dikontraindikasikan sampai plasenta previa di-exclude, dengan kata lain, terbukti tidak ada plasenta previa.
3. Monitoring aktivitas uterus mengungkapkan bahwa sekitar 20% pasien memiliki kontraksi yang bersamaan (concurrent/simultaneous) dengan perdarahan.

Diagnosis Banding
1. Abruptio placentae (solusio plasenta)
2. Cervicitis (radang serviks)
3. Premature rupture of membranes
4. Preterm Labor (kehamilan preterm)
5. Vaginitis (radang vagina)
6. Vulvovaginitis (radang vulva dan vagina)

Problem Lain yang Perlu Dipertimbangkan
1.
Vasa previa
2. Laserasi (robekan) serviks atau vagina
3. Laserasi dinding samping vagina (vaginal sidewall laceration)
4. Miscarriage (spontaneous abortion)

Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
1. Meskipun kejadian coagulopathy jarang ditemukan, hitung darah lengkap dan trombosit (a complete blood count with platelets) dapat bermanfaat.
2. Profil disseminated intravascular coagulopathy (DIC) dengan prothrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), fibrinogen, dan fibrin split products dapat juga membantu.

Imaging Studies
1. Studi yang paling bermanfaat dan paling murah adalah menggunakan transvaginal ultrasonography yang akurasinya (ketepatannya) mencapai 100% dalam mengidentifikasi plasenta previa.
2. Sebagai alternatif dapat dipakai transabdominal ultrasonography yang akurasinya mencapai 95%; meskipun demikian, false-positive dan false-negative dapat berkisar antara 2% sampai 25%. Translabial sonography juga merupakan alternatif lainnya
3. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi kehamilan yang disertai dengan plasenta akreta, plasenta inkreta, atau plasenta perkreta. Semua abnormalitas plasenta invasif ini lebih umum terjadi (misalnya, plasenta akreta terjadi pada 0,2% dari kehamilan) karena peningkatan pada persalinan sesarea, peningkatan usia ibu (advancing maternal age), hypertensive disease, merokok, dan kasus plasenta previa. Meskipun dalam banyak situasi, MRI tidak lagi lebih sensitif dalam mendiagnosis plasenta akreta dibandingkan dengan ultrasonography, MRI masih lebih unggul (superior) dalam menegakkan diagnosis posterior placenta accreta atau lebih invasif untuk plasenta inkreta dan plasenta perkreta. Untuk wanita dengan risiko tinggi untuk plasenta akreta, suatu protokol 2 tahap (2-step) yang pertama menggunakan ultrasonography dan kemudian MRI untuk kasus-kasus dengan inconclusive ultrasonographic features dapat menegakkan diagnosis dengan optimal dan akurat.

Tes Lainnya
1. Evaluasi ultrasonografi janin (fetus) bermanfaat untuk mengidentifikasi usia dan berat perkembangan embrio terakhir (current gestational), kelainan kongenital potensial (potential congenital anomalies), malpresentation, dan bukti terjadinya fetal growth restriction. Evaluasi ultrasonografi juga direkomendasikan untuk mengidentifikasi insersi tali pusat (umbilical cord insertion) dan mengeluarkan/mengeksklusi (excluding) insersi velamentous.
2. Pemeriksaan dengan spekulum yang steril sebaiknya dilakukan untuk mengevaluasi ruptur membran pada fetus.

Penatalaksanaan

Medikamentosa
Belum ada medikasi yang spesifik dan bermanfaat untuk pasien dengan plasenta previa. Tocolysis dapat dipertimbangkan secara hati-hati pada keadaan tertentu. Dukunglah, besarkanlah hati, dan berilah semangat pada pasien dengan plasenta previa untuk mempertahankan asupan (intake) zat besi dan asam folat sebagai safety margin terutama bila terjadi perdarahan.

Sebagai tambahan, tocolytics dapat juga diberikan pada kasus-kasus perdarahan minimal dan extreme prematurity untuk memberikan kortikosteroid antenatal. Jika terjadi lebih dari satu episode perdarahan selama gestation (pada perkembangan dan pertumbuhan normal/viability atau lebih dari 24 minggu), maka dokter sebaiknya menyarankan pasien untuk mondok di rumah sakit (hospitalization) sampai melahirkan, mengingat ini berpotensi tinggi untuk terjadi solusio plasenta dan kematian janin (fetal demise).

Tocolytics

A. Manfaat
Mencegah preterm labor atau kontraksi.

B. Nama Obat
Magnesium sulfat.

C. Deskripsi
Suplemen nutrisional pada total parenteral nutrition
(hyperalimentation); kofaktor pada sistem enzim; terlibat dalam
transmisi neurochemical dan muscular excitability. Pada dewasa,
60-180 mEq potassium, 10-30 mEq magnesium, dan 10-40 mEq
fosfat per hari sangatlah penting untuk respon metabolik yang
optimum. Berilah secara intravena (IV) atau intramuskular (IM)
untuk profilaksis kejang pada preeklamsia. Gunakanlah jalur IV
untuk onset kerja yang lebih cepat pada eklamsia sejati
(true eclampsia).

Hentikanlah pengobatan jika terjadi efek desired.
Pengulangan dosis tergantung dari adanya reflek patela yang
berlanjut dan fungsi pernafasan yang cukup (adequate).

D. Dosis Dewasa
Loading dose: 6 g IV di atas/lebih dari 20 menit; lalu 2-4 g/jam
diteruskan infusion; aturlah untuk mengurangi kontraksi;
jangan melebihi 4 g/jam.

E. Kontraindikasi
1. Hypersensitivity
2. Heart block
3. Addison disease
4. Myocardial damage (kerusakan otot jantung)
5. Myasthenia gravis
6. Impaired renal function
7. Severe hepatitis (hepatitis berat)

F. Perhatian!
1. Monitoring janin amat penting, karena dapat terjadi
penurunan rata-rata jantung janin (fetal heart rate).
2. Keracunan (toxicity) magnesium pada ibu (maternal) dapat
terjadi baik pada ekstrak (infusion) kadar tinggi maupun rendah.
3. Magnesium dapat merubah konduksi jantung, memicu terjadinya
heart block pada pasien yang diberi obat digitalis/stimulan
jantung yang kuat.
4. Monitorlah rata-rata pernafasan (respiratory rate), refleks tendon
dalam (deep tendon reflex), dan fungsi ginjal (renal function)
saat elektrolit diberikan/diresepkan parenteral.
5. Berhati-hatilah saat memberikan magnesium karena dapat
menimbulkan hipertensi yang signifikan atau asistol.
6. Jika overdosis, berikanlah calcium gluconate (10-20 mL IV
dari 10% solution) sebagai antidotum untuk hypermagnesemia
yang signifikan secara klinis.

Pembedahan (Surgical Care)
Saju Joy, MD, MS, seorang asisten Profesor, Division of Maternal-Fetal Medicine, Department of Obstetrics and Gynecology, Wake Forest University School of Medicine bersama dengan Deborah Lyon, MD, Director, Division of Benign Gynecology, Associate Professor, Department of Obstetrics and Gynecology, University of Florida Health Science Center at Jacksonville menjelaskan teknik pembedahan pada plasenta previa sebagai berikut di bawah ini. (Sengaja kami kutip dalam bahasa Inggris untuk menghindari salah dalam interpretasi/penerjemahannya)

The distance between the placental edge and internal cervical os on transvaginal ultrasonography after 35 weeks’ gestation is valuable in planning route of delivery. When the placental edge is greater than 2 cm from the internal cervical os, women can be offered a trial of labour with a high expectation of success. However, a distance of less than 2 cm from the os is associated with a higher cesarean rate, although vaginal delivery is still possible depending on the clinical circumstances.

The timing of delivery is often driven by the patients history and an increased risk for bleeding with advancing gestation. Most authorities recommend delivery at 36-37 weeks' gestation after confirming fetal lung maturity via amniocentesis. However, if the fetal lung maturity testing is immature or is not available, then delivery is often scheduled for 38 weeks' gestation.

Most often a low transverse uterine incision is used; however, a vertical uterine incision may be considered secondary to an anterior placenta and risk of fetal bleeding. If the patient is at increased risk for invasive placentation (accreta, increta, or percreta), then the patient and surgical team must be prepared prior to delivery. These invasive placentations carry a high mortality rate (7% with placenta accreta) as well as a high morbidity rate (blood transfusion, infection, adjacent organ damage).

Cara untuk mengontrol perdarahan (hemorrhage):
1. Dengan teknik "predelivery placement of balloon catheters for
angiographic embolization of pelvic vessels
". Teknik ini efektif
untuk mengurangi kehilangan darah pada
cesarean hysterectomy.
2. B-Lynch or parallel vertical compression sutures.
3. Uterine artery ligation.
4. Hypogastric artery ligation.
5. Hysterectomy.

Pada kasus placenta accreta kecil dan fokal, reseksi daerah implantasi dan perbaikan primer (primary repair) dapat memungkinkan pemeliharaan uterus (uterine preservation).

Manajemen Umum
Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, Sp.OG. (2004), manajemen umum pada plasenta previa adalah sebagai berikut:

a. Tergantung dari:
1.
Keadaan umum penderita.
2. Jumlah perdarahan.
3. Keadaan janin intrauterin.
b. Upaya preventif;
1. Memasang infus.
2. Menyiapkan transfusi darah.
3. Menyiapkan referal (rujukan) bila di Puskesmas.
c. Diagnosis pasti:
1. Pemeriksaan ultrasonografi.
2. Pemeriksaan dalam di meja operasi.
d. Bila dijumpai di Puskesmas, sebaiknya direferal (dirujuk)
ke rumah sakit umum tipe C.
e. Kejadian plasenta previa makin berkurang seiring dengan
semakin diterimanya konsep Well Born Baby dan
Well Health Mother.

Komplikasi
1. Perdarahan (hemorrhage) diharapkan sekunder pada lemahnya kemampuan kontraksi (poor contractibility) pada segmen bawah rahim (lower uterine segment).
Perencanaan persalinan dan pengendalian perdarahan sangatlah penting pada kasus plasenta previa seperti halnya pada placenta accreta, increta, dan percreta.
2. Kehamilan preterm (preterm delivery)
3. Congenital malformations
4. Letak janin abnormal (abnormal fetal presentation)
5. Solusio plasenta (placental abruption)
6. Hemostasis dapat ditentukan (established) dengan adanya:
a. Oversewing the placental implantation site
b. Ligasi bilateral uterine artery
c. Ligasi arteri iliaka interna
d. Circular interrupted ligation di sekitar segmen bawah rahim
baik di atas dan dibawah insisi transverse
e. Packing dengan kain kasa (gauze) atau tamponading dengan
Bakri balloon catheter
f. B-lynch stitch (jahitan B-lynch)
g. Cesarean hysterectomy

Prognosis
1. Lima puluh persen wanita dengan plasenta previa memiliki
kehamilan (delivery) preterm.
2. Kasus-kasus tersebut dipersulit dengan perdarahan vagina dan
extreme prematurity
yang dapat meningkatkan risiko kematian
perinatal.
3. Insiden malformasi janin (fetal malformation) yang lebih besar
dan hambatan pertumbuhan (growth restriction) haruslah
diwaspadai pada kasus plasenta previa.

Pencegahan
Belum ada guidelines untuk mencegah plasenta previa. Bagimanapun juga, bila Anda mengalami plasenta previa, lakukanlah hal-hal berikut ini untuk mencegah terjadinya perdarahan:
1. Selalu cek kondisi kandungan secara rutin dan teratur.
2. Beristirahatlah, hiduplah secara teratur.
3. Ketahuilah langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan jika
terjadi kontraksi atau perdarahan.
4. Jangan bekerja terlalu keras (terlalu memaksakan diri).
5. Jangan lupa berdoa kepada Tuhan YME.

Tahukah Anda?

Periode perinatal (perinatal period) yaitu:
1. Waktu sebelum dan sesudah proses bersalin
(dari minggu ke-28 setelah konsepsi/pembuahan
sampai minggu pertama setelah melahirkan).
2. Terjadi selama periode melhirkan (5 bulan sebelum
dan 1 bulan sesudah).

Banyak terminologi medis di dalam bahasa Inggris untuk menyatakan abortus atau aborsi, yaitu:
1. miscarriage,
2. abortion,
3. termination of pregnancy,
4. stillbirth,
5. spontaneous abortion,
6. a natural loss of the products of conception.

Bacaan Lebih Lanjut

1. Bhide A, Prefumo F, Moore J, et al. Placental edge to internal os distance in the late third trimester and mode of delivery in placenta praevia. BJOG. Sep 2003;110(9):860-4. \

2. Butler EL, Dashe JS, Ramus RM. Association between maternal serum alpha-fetoprotein and adverse outcomes in pregnancies with placenta previa. Obstet Gynecol. Jan 2001;97(1):35-8.

3. Comstock CH, Love JJ, Bronsteen RA, et al. Sonographic detection of placenta accreta in the second and third trimesters of pregnancy. Am J Obstet Gynecol. Apr 2004;190(4):1135-40.

4. Creasy RK, Resnik R, Clark SL. Placenta previa and abruptio placentae. In: Creasy RK, Resnik R, eds. Maternal-Fetal Medicine. 4th ed. Philadelphia, Pa: WB Saunders; 1999:616-21.

5. Cunningham FG, MacDonald PC. Obstetrical hemorrhage. In: Cunningham FG, Gilstrap LC, Gant NF, Leveno KJ, Hauth JC, Wenstrom KD, eds. Williams Obstetrics. 20th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 1997:755-60.

6. Faiz AS, Ananth CV. Etiology and risk factors for placenta previa: an overview and meta-analysis of observational studies. J Matern Fetal Neonatal Med. Mar 2003;13(3):175-90.

7. Gabbe SJ, Benedetti TJ. Obstetric hemorrhage. In: Gabbe SJ, Niebyl JR, Simpson JL, eds. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies. 3rd ed. New York, NY: Churchill Livingstone; 1996:510-5.

8. Gilliam M, Rosenberg D, Davis F. The likelihood of placenta previa with greater number of cesarean deliveries and higher parity. Obstet Gynecol. Jun 2002;99(6):976-80.

9. Harma M, Gungen N, Ozturk A. B-Lynch uterine compression suture for postpartum haemorrhage due to placenta praevia accreta. Aust N Z J Obstet Gynaecol. Feb 2005;45(1):93-5.

10. Hwu YM, Chen CP, Chen HS, Su TH. Parallel vertical compression sutures: a technique to control bleeding from placenta praevia or accreta during caesarean section. BJOG. Oct 2005;112(10):1420-3.

11. Laughon SK, Wolfe HM, Visco AG. Prior cesarean and the risk for placenta previa on second-trimester ultrasonography. Obstet Gynecol. May 2005;105(5 Pt 1):962-5.

12. Miller DA, Chollet JA, Goodwin TM. Clinical risk factors for placenta previa-placenta accreta. Am J Obstet Gynecol. Jul 1997;177(1):210-4.

13. Mustafa SA, Brizot ML, Carvalho MH, et al. Transvaginal ultrasonography in predicting placenta previa at delivery: a longitudinal study. Ultrasound Obstet Gynecol. Oct 2002;20(4):356-9.

14. Oppenheimer L, Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada. Diagnosis and management of placenta previa. J Obstet Gynaecol Can. Mar 2007;29(3):261-73.

15. Ornan D, White R, Pollak J, Tal M. Pelvic embolization for intractable postpartum hemorrhage: long-term follow-up and implications for fertility.
Obstet Gynecol. Nov 2003;102(5 Pt 1):904-10.

16. Oyelese Y, Smulian JC. Placenta previa, placenta accreta, and vasa previa. Obstet Gynecol. Apr 2006;107(4):927-41.

17. Predanic M, Perni SC, Baergen RN, Jean-Pierre C, Chasen ST, Chervenak FA.
A sonographic assessment of different patterns of placenta previa "migration" in the third trimester of pregnancy. J Ultrasound Med. Jun 2005;24(6):773-80.

18. Usta IM, Hobeika EM, Musa AA, Gabriel GE, Nassar AH.
Placenta previa-accreta: risk factors and complications. Am J Obstet Gynecol. Sep 2005;193(3 Pt 2):1045-9.

19. Ward CR. Avoiding an incision through the anterior previa at cesarean delivery. Obstet Gynecol. Sep 2003;102(3):552-4.

20. Warshak CR, Eskander R, Hull AD, Scioscia AL, Mattrey RF, Benirschke K. Accuracy of ultrasonography and magnetic resonance imaging in the diagnosis of placenta accreta. Obstet Gynecol. Sep 2006;108(3 Pt 1):573-81.

21. Weinstein A, Chandra P, Schiavello H, Fleischer A. Conservative management of placenta previa percreta in a Jehovah's Witness. Obstet Gynecol. May 2005;105(5 Pt 2):1247-50.

22. Wu S, Kocherginsky M, Hibbard JU. Abnormal placentation: twenty-year analysis. Am J Obstet Gynecol. May 2005;192(5):1458-61.

23. Manuaba IBG. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi. Edisi 2. EGC: Jakarta.Hlm.87-88.

24. Peter Collin Publishing. 1999. Electronic Dictionary of Medicine v1.0. Software.

25. Princeton University. WordWeb 3.01. 2003. Software.

26. Setiawan E. 2007. Kamus 2.03, An English-Indonesian and Indonesian-English Dictionary. Freeware.

27. Beers MH, Berkow R. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy. 17th ed. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons; 1999.

28. March of Dimes website. Available at: http://www.marchofdimes.com/printableArticles/188_1132.asp

29. National Library of Medicine, Medline Plus website. Available at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000900.htm

30. http://www.beliefnet.com/healthandhealing/getcontent.aspx?cid=1524

31. www.ramanathans.com/Peripartum%20Hemorrhage.htm

Keterangan Gambar:
Total placenta previa - the placenta completely covers the cervix.

Artikel

Nov 03 2006

16 Pertanda Gangguan Kehamilan

Buat halaman ini dlm format PDF

Cetak halaman ini

Kirim halaman ini ke teman via E-mail

Peringkat User: / 4

Perempuan

Kontribusi dari M. Sholikul Huda

03.11.2006 20:19 WIB

Bila tanda-tanda ini terjadi pada diri Anda atau kerabat Anda yang sedang hamil, segera kunjungi dokter atau bidan terdekat. Laporkan semua keluhan yang dirasakan agar dokter atau petugas medis dapat melakukan diagnosa dan mengambil tindakan yang tepat untuk kesehatan dan keselamatan ibu dan calon bayi yang tengah dikandung.

Plasenta Praevia
Kondisi ini cukup jarang terjadi dimana plasenta terletak di bawah, atau di atas leher rahim. Plasenta praevia bisa mengakibatkan perdarahan hebat. Untuk mencegahnya, wanita hamil yang mengalaminya diharuskan menjalani persalinan caesar.

Plasenta praevia bisa dideteksi dengan alat kehamilan (USG). Pada awal kehamilan bisa saja terdiagnosa plasenta tumbuh di atas leher rahim, padahal mungkin tidak. Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, semakin terlihat jelas bahwa posisi plasenta semakin naik ke atas menjauhi leher rahim. Jika sampai kehamilan usia 14 minggu, tidak terdiagnosa plasenta praevia, maka berarti ibu betul-betul aman dari masalah ini.

Placenta Abruption
Istilah awamnya, 'pemisahan plasenta'. Ini terjadi bila sebagian atau hampir seluruh plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum waktunya melahirkan. Pemisahan plasenta sering terjadi pada kehamilan trimester ketiga tanpa sebab yang jelas. Risiko kejadiannya lebih tinggi pada wanita-wanita perokok, suka minum-minuman keras, pemakai narkoba, dan pernah mengalami trauma fisik berat.

Pemisahan plasenta sangat berbahaya karena mengakibatkan terjadinya perdarahan pada ibu dan menghentikan aliran suplai oksigen pada janin. Tindakan penyelamatan biasanya dilakukan dengan menyegarkan persalinan caesar untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

Trombosis pembuluh darah
Ini termasuk gangguan kehamilan yang jarang terjadi. Cirinya ditandai dengan peradangan pada pembuluh darah di kaki atau rongga pinggul yang menimbulkan penggumpalan darah pada dinding pembuluh darah. Risikonya, bisa menjalar sampai ke organ-organ penting seperti paru-paru. Pengobatan sendiri dilakukan dengan cara memberikan kompres hangat dan istirahat di tempat tidur. Bila kondisinya berat, mau tidak mau ibu hamil harus menjalani opname di rumah sakit.

16 Pertanda tersebut bisa dilihat di bawah ini:

1. Perdarahan pada vagina, meskipun jumlahnya sedikit
Gangguan yg mungkin terjadi:
- keguguran
- plasenta praevia
- placentaabruption
- melahirkan prematur

2. Rasa sakit pada bagian perut
Gangguan yang mungkin terjadi:
- hamil di luar rahim
- keguguran
- placenta abruption
- kontraksi melahirkan prematur
- melahirkan prematur

3. Perut mengencang berkepanjangan, kejang, sebentar-sebentar kontraksi
Gangguan yang mungkin terjadi:
- melahirkan prematur

4. Perut kokoh (keras) yang tetap, disertai rasa sakit, dengan atau tanpa pendarahan di vagina.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- Placenta abruption

5. Cairan vagina keluar atau menyembur.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- selaput pecah

6.
Pembengkakan secara tiba-tiba pada bagian tangan, kaki atau wajah.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- hipertensi yang mempengaruhi kehamilan atau pre-eclampsia.

7. Sakit kepala yang hebat dan berkepanjangan.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- hipertensi yang mempengaruhi kehamilan atau pre-eclampsia.

8. Gangguan penglihatan berupa kelap-kelip, remang-remang atau buta pada titik tertentu.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- hipertensi yang mempengaruhi kehamilan atau pre-eclampsia.

9. Pusing sekali dan terus menerus, serta sakit kepala ringan.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- hipertensi yang mempengaruhi kehamilan atau pre-eclampsia.

10. Penurunan atau perubahan yang nyata pada kegiatan janin.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- Kesulitan janin karena ditentukan oleh penghitungan gerakan janin.

11. Rasa sakit pada bagian kaki dan menjadi merah, atau rasa sakit di bagian kaki ketika berdiri atau berjalan.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- trombosis urat darah halus (peradangan dan penggumpalan darah pada pembuluh darah)

12. Rasa sakit yang parah di sekitar tulang kemaluan dan pangkal paha dengan melemahnya gerakan-gerakan kaki.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- ketegangan atau pemisahan sendi pertautan tulang kemaluan (pubic symphysis joint)

13. Rasa sakit atau panas ketika buang air kecil.
Gangguan yang mungkin terjadi:
- infeksi saluran air seni
- penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks

14. Adanya iritasi pada daerah vagina, rasa sakit atau gatal-gatal pada alat kelamin
Gangguan yang mungkin terjadi:
- Infeksi vagina

15. Demam (suhu di atas 380 derajat)
Gangguan yang mungkin terjadi:
- infeksi

16. Mual dan muntah-muntah berkepanjangan
Gangguan yang mungkin terjadi:
- muntah-muntah berlebihan selama tiga bulan pertama kehamilan (hyperemesis gravidarum)
- Infeksi

Sumber: human health

Langkah-langkah berikut diketahui dapat mengendalikan kadar kolesterol dalam darah.

1. Mengetahui kadar kolesterol
Periksakan kadar kolesterol Anda secara reguler. Umumnya dokter menyarankan agar kadar kolesterol total seseorang berada di bawah 200 mg/dL, dengan kadar LDL (kolesterol jahat) di bawah 130, dan HDL (kolesterol baik) berada di atas 40. Jika hasil tes Anda tidak konsisten berada dalam rentang angka tersebut, dokter cenderung menyarankan untuk melakukan tes ulang, jika hasilnya tetap maka Anda akan segera menjalani terapi pengendalian kolesterol.

2. Menjaga keseimbangan berat badan
Jika bobot tubuh Anda berlebih, menguranginya adalah salah satu cara untuk mengendalikan kadar kolesterol darah. Penelitian telah menunjukkan bahwa berat badan yang berlebih mengganggu proses metabolisme tubuh menghancurkan lemak. Sehingga sekalipun Anda hanya mengonsumsi sedikit lemak, tidak terlihat penurunan kadar kolesterol yang berarti. Mengurangi 2,5 – 4,5 kg dapat memperbaiki kadar kolesterol. Namun tak perlu melakukan diet ketat. Upayakan saja penurunan berat sebanyak 0,3 – 0,5 kg dalam seminggu.

3. Aktvitas fisik rutin
Salah satu cara mengendalikan kadar kolesterol adalah berolahraga secara rutin.
Jalan kaki atau jenis olahraga ringan lain yang dilakukan secara rutin, akan membantu meningkatkan kadar HDL. Pastikan saja bahwa Anda berolahraga 30 menit setiap hari, 5 hari dalam seminggu.

4. Berkenalan dengan lemak baik
Jika telah terdiagnosa bahwa kadar kolesterol Anda tergolong tinggi, dokter biasanya memberi saran agar Anda menurunkan konsumsi lemak. Hati-hati, jangan menghentikan konsumsi lemak, melainkan menguranginya. Sebaiknya Anda mengonsumsi jenis makanan yang mengandung lemak tak jenuh tunggal, seperti selai kacang, avokad, minyak zaitun dan kanola, serta kacang-kacangan. Penelitian telah membuktikan bahwa jenis lemak ini membantu menurunkan kadar LDL dan trigliserida dalam darah, dan meningkatkan HDL.

5. Mengonsumsi multivitamin
Sekalipun telah mengonsumsi makanan sehat, tetap ada kemungkinan tubuh kita kekurangan unsur nutrisi tertentu. Untuk mengatasi kondisi ini, para ahli kesehatan menyarankan untuk mengonsumsi multivitamin/makanan suplemen untuk mencukupi kebutuhan dasar nutrisi dan menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke. Pilihlah multivitamin yang mengandung asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12, karena ketiganya memiliki manfaat penting menjaga kesehatan jantung.

Sumber: conectique.com

plasenta previa

Posted OnJuni 28, 2007

Comments Droppedno responses

Placenta Praevia, artinya letak plasenta yang “didepan”,
menutupi jalan lahir, hal ini akan menimbulkan perdarahan.
Pada usia kehamilan kira2 3 bulan tidak/belum bisa dipastikan bahwa plasenta
tsb akan terus demikian letaknya, karena ada mekanisme alamiah yang membuat
plasenta bergeser keatas , dimulai sekitar kehamilan 7-8 bulan; karena itu
perlu dilakukan USG ulang pada usia 7-8 bulan dan sekali lagi menjelang
persalinan untuk melihat letak plasenta, semoga bisa bergeser keatas dan
tidak lagi menutupi jalan lahir sehingga bisa diharapkan persalinan spontan
melalui jalan lahir/vagina.
Istirahat baring/bed rest hanya bila masih ada perdarahan, bila sudah
berhenti pasien boleh mulai mobilisasi kembali.

Placenta Previa

placenta previa
Gambar dari: obfocus.com

Placenta Previa (PP) bukanlah sebuah penyakit plasenta, melainkan posisi plasenta yang menutupi jalannya kelahiran. terdiri dari tiga macam:
1. Complete Placenta Previa, seluruh plasenta menutup jalan kelahiran
2. Marginal Placenta Previa, sebagian plasenta menutup jalan kelahiran
3. Low-laying Placenta Previa, hanya bagian kecil plasenta menutup jalan kelahiran

PP biasa ditemukan pada awal kehamilan. Beberapa mendapatkan tanda dengan bleeding terus menerus atau kadang2, dan sebagian lagi, tanpa merasakan tanda2 apapun sampai saat melahirkan.

Pada ultrasound trimester ke-2, sekitar 18 weeks, PP ditemukan pada 5-20% kehamilan. Pada kondisi ini, wanita dengan PP harus berhati2 untuk menghindari bleeding dan mencatat adanya spotting, bleeding, dan cramping.
Pada awal trimester ke-3, sekitar minggu ke-28, ultrasound dilakukan lagi. Sekitar 90-75% plasenta tercatat berpindah dan tidak menutupi jalannya kelahiran. Apabila diketahui PP tetap ada, maka barulah wanita hamil tersebut dinyatakan memiliki PP.

Langkah yang harus dilakukan adalah: menghindari bleeding, biasanya dengan istirahat total di tempat tidur. Tujuan utama adalah mencapai minggu ke-36 ketika bayi sudah siap dikeluarkan.

Hampir keseluruhan wanita dengan PP menjalani kelahiran dengan c-section. 1 dari 4 wanita dengan PP tercatat bisa melahirkan dengan normal yaitu apabila plasenta tidak menyentuh jalan lahir, tidak bleeding, dan seluruh kondisi ibu dan bayi dalam keadaan normal.

Hampir 100% wanita hamil dengan PP sampai saat melahirkan, mendapat kehidupan normal kembali seperti biasa tanpa efek apa-apa sampai kehamilan2 berikutnya, demikian pula dengan bayi yang dilahirkan bersama PP, hidup normal selayaknya bayi2 lain.

updated setelah bayiku berusia 5 bulan:
PP yang pernah dialami selama sekitar 4 bulan tidak memberi pengaruh apa2. Bayiku lahir dengan normal melalui operasi yang bukan disebabkan PP. Plasentaku pindah ke samping pada usia kandungan 32 tanpa aksi apa2: no urut atau no nungging apalagi ngepel, bahkan aku diam saja disebabkan sakit tulang belakang.